SIANTAR, SENTER NEWS
Jenis permainan lato-lato yang di Kota Siantar ada menyebut “lotak-lotak”, semakin digandrungi anak-anak. Bahkan, ada membawanya ke sekolah. Untuk mengantisipasi benda yang keras itu dijadikan anak-anak sebagai alat saat berkelahi, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Siantar, terbitkan surat edaran.
Surat dari Dinas Pendidikan yang ditandatangani Plt Kadis, Rudolf Barmen Manurung, No. 400. 3. 6. 4/Disdik-PAUD DIKNAS /I/2023 itu, Prihal larangan membawa/memainkan permainan lato-lato di lingkungan sekolah. Surat ditujukan kepada PAUD, SD dan SMP baik negeri dan swasta.
“Terbitnya surat itu karena ada keluhan guru dan kepala sekolah, jangan sempat lato-lato yang disini disebut lotak-lotak itu dijadikan alat untuk berkelahi. Namanya saja anak-anak, bisa dipukulkan kepada temannnya,” ujar Rado Damanik sebagai Kasi Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan ,Rabu (11/1/2023).
Dijelaskan juga, kalau ada membawa lato-lato dan memainkannya di sekolah, bisa saja membuat konsentrasi anak didik jadi terganggu untuk belajar. Kemudian, surat dimaksud untuk menjaga keselamatan anak-anak dan mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
”Jadi jangan sempat terjadi baru kita bereaksi, “ ujar Rado Damanik lagi sembari mengatakan, surat Disdik itu sudah disampaikan ke seluruh sekolah di bawah naungan Dinas Pendidikan Kota Siantar.
Dijelaskan juga, dengan adanya permainan lato-lato, waktu anak-anak bermain gedjet memang berkurang. “Silahkan saja main lotak-lotak di rumah. Tapi, orang tua juga harus melakukan pengawasan,” ujarnya.
Pantauan Senter News, permainan lotak-lotak tersebut memang begitu diganduri sejak beberapa minggu terakhir. Anak-anak yang bermain bukan saja di rumah. Tetapi, dibawa juga bermain sambil berkumpul dengan anak-anak yang juga bermain lotak-lotak.
Bahkan, bisa dikatakan bahwa rata-rata anak-anak sudah punya lato-lato dan begitu piawai memainkannnya. Karena begitu digandrungi dan sedang viral, penjual lato-lato bermunculan di sejumlah lokasi kota Siantar.
Selain di sekitar pusat perbelanja tradisional seperti Pasar Horas dan Pasar Dwikora atau Pajak Parluasan, penjualnya malah mudah ditemukan di sekitar lokas-lokasi keramaian. Termasuk di sekitar Lapangan H Adam Malik.
Harga yang ditawarkan Rp 15 ribu per unit.”Kalau ambil banyak bisa kurang. Mau beli berapa? Kalau ambil sepuluh kali Rp 12 saja,” ujar salah seorang pedagang lato-lato di sekitar Lapangan H Adam Malik.
Pedagang tersebut menjelaskan, karena begitu digandrungi, penghasilannya dikatakan cukup lumayan. “Lumayan jugalah, terutama sebelum Natal dan Tahun Baru. Kalau sekarang sudah banyak yang punya, jadi penjualan juga mulai berkurang,” ujar pedagang lato-lato tersebut. (In)