SIANTAR, SENTER NEWS
Saat libur Natal 2022 dan menjelang Tahun Baru 2022, kaum ibu tampaknya resah dan galau akibat harga-harga sayur mayur di pasaran melejit naik. Bahkan, kenaikannya ada melebihi 300 persen, Minggu (25/12/2022).
Pantauan Senter News di Pasar Pagi Rindam, Jalan Rindam I Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari, Kota Siantar, kenaikan harga sayur mayur tersebut diperkirakan turut mempengaruhi transaksi jual beli di pasar tradisional tersebut. Pasalnya, para konsumen justru tampak sepi dibanDing dengan hari-hari biasa.
Sementara, kenaikan harga sayur mayur tersebut dibenarkan sejumlah pedagang. Antara lain sayur buncit yang biasa Rp 5000 per kilogram, melejit sampai Rp 10 ribu “Kalau terong yang semula sekitar Rp 4000, naik Rp 8000 per kg,” ujar Sahat Purba (41) salah seorang pedagang yang sedang menunggu pembeli.
Dijelaskan, harga timun malah disebut “luar biasa”. Dari beberapa hari lalu sekitar Rp 2000 per Kg malah malah melonjak drastis Rp 15 ribu. Demikian juga dengan kacang panjang yang semula Rp 5000 naik Rp 17 ribu per kg, Sedangkan sayur bayam menjadi Rp 7000 per ikat padahal sebelumnya Rp 3000. Kemudian sayur sawi putih Rp 2000 menjadi Rp 4000 per kg.
Kenaikan harga-harga tersebut menurut Purba yang sudah sejak lama berjualan sayur mayur itu karena pasokan ke kota Siantar jauh berkurang akibat adanya pengiriman ke luar daerah seperti ke Batam maupun Jakarta.
“Kalau informasinya, ada agen dari luar kota yang mengambil sayur mayur itu langsung dari sumbernya seperti dari Karo atau dari Simalungun. Selain itu malah ada yang langsung menampung di Siantar. Karena itu, pasokan ke Siantar berkurang. Jadi, karena itulah jadi naik semua,” ujar Purba.
Sementara, kenaikan sayur mayur tersebut menurut ibu rumah tanggga, Rani (36) memang membuat belanjaan yang akan dibeli jadi dikurangi. “Biasanya, kalau belanja bawa uang Rp 70 ribu sudah bisa lengkap membeli sayur, ikan dan lainnya,” ujar Rani yang juga mengatakan bahwa harga telur dan tomat juga naik
Terpisah, Lukman (59) sebagai juru parkir juga mengaku bahwa Pasar Pagi Rindam tersebut memang sepi. Sehingga, kenderaan khususnya sepeda motor yang parkir jadi jauh berkurang. Karenanya, penghasilnya juga jadi berkurang. “Banyak yang tidak belaja. Mungkin karena libur dan harga-harga juga naik,” ujarnya.
Tak jauh beda dengan situasi di Pasar Horas dan Pasar Dwikora Kota Siantar juga sepi. Banyak pedagang yang tidak berjualan karena diperkirakan sengaja libur karena bersamaan dengan Hari Natal. Bahkan, di Pasar Dwikora atau Pajak Parluasan yang biasanya selalu ramai menjelang pagi atau saat masih subuh, malah tampah jauh berkurang dibanding hari biasa.
“Memang banyak yang tidak jualan. Lagi pula truk yang biasa masuk ke stasiun tidak banyak. Mungkin petani juga tidak panen apalagi sekarang sedang musim hujan dan hari Natal pula,” ujar seorang pedagang sayur mayur,boru Saragih yang berjualan di Jalan Gotong Royong belakang Pasar Dwikora. (JR)