SIANTAR, SENTERNEWS
Aksi gilingan padi yang berhenti atau tidak beroperasi sementara di sejumlah daerah Jawa Barat, Jawa Timur dan Yogjakarta, tidak pengaruhi pasokan beras ke Kota Siantar. Bahkan gilingan padi tetap beroperasi.
Pernyataan itu disampaikan Asisten Manager Supply Chain dan Pelayanan Publik (SCPP) Kantor Cabang Bulog Pematangsiantar, Hario Wibisono di kantornya, Rabu (13/08/2025).
“Kita mengetahui ada gilingan padi di beberapa daerah pulau Jawa menghentikan operasionalnya untuk sementara. Tapi, itu tidak mempengaruhi pasokan beras ke Bulog Pematangsiantar,” kata Hario Wibisono.
Masalahnya, pasokan beras ke Bulog Pematangsiar berasal dari gabah yang dibeli dari petani di wilayah Bulog Pematangsiantar. Seperti dari Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun., Toba, Humbang Hasundutan, Samosir dan Tapanuli Utara.
“Sampai saat ini, pasokan beras kita aman untuk tiga bulan ke depan. Dan, hasil pantauan kita, gilingan padi tetap beroperasi,” katanya sembari mengatakan, petani sudah mulai memasuki masa panen dan diperkirakan akan berlangsung sampai Nopember 2025 mendatang.
Memasuki masa panen ini, pasokan beras kepada pedagang sebagai mitra akan kembali stabil meski sempat dihentikan karena pasokan beras medium kepada pedagang sebagai mitra mulai disalurkan kembali dengan Harga Rp 11.100 per Kg. Kemudian, harga kenaikan beras diharap tidak mengalami kenaikan lagi
Terpisah, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Siantar membenarkan tidak ada gilingan padi yang berhenti untuk sementara dseperti di beberapa daerah Pulau Jawa. Fakta tersebut sesuai dengan hasil pemantauan terhadap sejumlah gilingan padi di Kota Siantar.
“Gilingan padi di Kota Siantar tetap beroperasi. Hanya saja, pasokan gabah berkurang karena harus bersaing dengan Bulog yang juga membeli gabah dari petani,” kata Kadis Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Siantar, Pardamean Manurung.
Dengan terbatasnya pasokan gabah ke gilingan padi, otomatis prooduktifitas berkurang. Hanya saja, tidak terjadi kelangkaan beras di pasaran meski harganya mengalami fultuasi.
Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras dan masyarakat tetap dapat membeli dengan harga yang terjangkau atau di bawah harga pasar, Pemko Siantar gencar melakukan Pasar Pangan Murah di delapan kecamatan secara bergantian.
“Ke depannnya akan tetap dilakukan kegiatan pasar Pangan Murah dan itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi,” kata Pardamean mengakhiri.
Sekedar informasi, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengakui sekitar 40 persen pabrik penggilingan padi tutup karena kebijakan pemerintah menaikkan harga pokok produksi (HPP) gabah ke Rp6.500 per Kg tidak diimbangi dengan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras.
Situasi itu ditambah aksi penindakan oleh aparat penegak hukum dalam kasus beras oplosan. Sehingga, penggilingan padi berat untuk memproduksi. Untuk itu, pengusaha berharap harga gabah bisa turun sehingga produksi kembali sesuai HET dan risiko pelanggaran hukum berkurang. (In)