SIANTAR, SENTER NEWS
Meski tidak dapat melihat terangnya dunia atau tuna netra, Eman Anif (64) tidak merasa bahwa hidup ini menjadi gelap. Misalnya, menjadi peminta-minta atau mengemis di jalanan maupun dari pintu ke pintu menadahkan tangan, mengharap belas kasihan dari orang-orang yang merasa iba.
Terbukti, pria yang sudah tidak bias melihat sejak usia 13 tahun ini tetap berusaha sekuat tenaga mencari nafkah dengan menjadi tukang urut atau sebagai tukang kusuk. Siap menjual jasa kepada orang-orang yang membutuhkan. Baik dipanggil atau langsung datang ke rumahnya yang sangat sederhana di Jalan Dahlia, Kelurahan Simarito, Kecamatan Siantar Barat, Kota Siantar.
Namun, meski memiliki keterbatasan dan tergolong keluarga prasejahtera atau miskin dan rumahnya berada di depan kantor Dinas Sosial, Kota Siantar, pria yang masih tetap berstatus lajang ini, tidak masuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai penerima bantuan pemerintah.
Padahal, Eman Anif harus menanggung kebutuhan seorang adik lelakinya Tajudin Nur yang juga tuna netra dan seorang adik perempuan Lela Usni yang hanya mendapat penghasilan kalau ada orang mengajaknya membantu pekerjaan rumah tanggga dengan upah tergolong kecil. Itupun kalau ada yang mengajak.
“Ya, saya tidak ada menerima bantuan dari pemerintah seperti dari PKH itu yang saya dengar ada diterima orang lain,” ujar Eman di sela-sela kegiatan mengusuk seorang warga yang membutuhkan jasanya karena dipanggil.
Meski sepengetahuannya banyak orang atau warga lain mendapat bantuan seperti dari PKH yang mungkin perekonomiannya lebih baik, Eman Anif malah tidak pernah menuntut apalagi marah-marah kepada pihak-pihak yang melakukan pendataan. Sebaliknya, malah selalu bersabar. Namun, tetap berharap agar mendapat bantuan dari PKH.
Hal yang cukup menakjubkan dari seorang Eman Arif, malah selalu bersyukur dengan penghasilannya selama ini. Bahkan, dengan ikhlas malah mengatakan bahwa bantuan dari pemerintah bukan rezeki baginya untuk menguranggi beban dengan pola hidup amat sederhana.
Dari hasil penelusuran Kru Senter News dan hasil bincang-binang dengan sejumlah warga, Eman Anif disebut-sebut tergolong lelaki tangguh. Meski memiliki keterbatasan atau kurang beruntung dibanding orang normal lainnya, tetap berusaha sabar dengan kondisi yang ada.
Sementara, Bintang sebagai Lurah Simarito yang ditemui mengapa Eman Anif tidak masuk dalam PKH, sempat heran dan langsung berkoordinasi dengan Taty, seorang relawan Dinas Sosial yang melakukan pendataan di lapangan.
Dikatakan, Anif pernah memperoleh kartu PKH dan pernah beberapa kali menerima bantuan. Namun, tiba-tiba saldo dalam kartu rekeningnya nol. “Ya, itu sudah berlangsung setengah tahun lalu,” ujar Bintang sembari menjelaskan agar permasalahan itu dikonfirmasi kepada pihak Dinas Sosial.
Namun, ketika dikonfirmasi kepada pihak Dinas Sosial Kota Siantar, pejabat yang bersangkutan tidak berada di ruang kerjanya.
Terpisah, Andika Prayogi Sinaga selaku ketua Komisi I DPRD Kota Siantar yang membidangi masalah sosial, turut merasa prihatin dengan kondisi Eman Anif yang ternyata tidak masuk dalam program PKH. Padahal, memang sangat layak menerima bantuan melalui PKH.
Kemudian, kalau datanya sempat terhapus karena saldo rekening miliknya sempat nol. Harusnya segera disusul supaya tetap masuk data penerima bantuan PKH. Untuk itu relawan Dinas Sosial wajib melakukan jemput bola.
“Ini menjadi catatan bagi Komisi I DPRD Siantar. Bukan hanya memprioritaskan nama Bapak Eman Anif saja yang sangat pantas masuk PKH, tetapi termasuk mendata ulang nama-nama lain yang pantas masuk PKH karena banyak lapaoran yang sudah kita terima. Untuk itu, semua akan kita tanyakan langsung kepada pihak Dinas Sosial,” ujarnya mengakhiri. (Jr)