SIANTAR,SENTERNEWS
Pematang Siantar (Siantar-red) yang beberapa kali menyandang predikat Kota Adipura sebagai supremasi kota terbersih di Indonesia, sepertinya bakal tinggal kenangan. Sementara, slogan Walikota dr Susanti Dewayani Sp A, Lihat Sampah Ambil (LISA) hanya pencitraan.
Terbukti, Selasa (5/3/2024), Menteri Lingkungan Hidup, di Jakarta mengumumkan, dari lima kota peraih Adipura Tahun 2023, tidak termasuk Kota Siantar. Melainkan Balikpapan, Surabaya, Bontang, Bitung dan Ciamis.
Kota Siantar juga tidak termasuk dari 106 kota peraih Anugerah Adipura sebagai kota yang mampu memberikan kinerja pengelolaaan lingkungan hidup perkotaan yang baik. Bahkan, tidak juga termasuk 51 Kabupaten/ Kota peraih sertifikat Adipura sebagai penghargaan bagi kabupaten/kota yang memiliki upaya atas kinerja pengelolaan sampah dengan baik.
“Kota Siantar wajar tidak meraih Adipura, Anugerah Adipura maupun Sertifikat Adipura. Yang tidak wajar, kalau berhasil meraih Adipura,” kata Andika Prayogi Sinaga, anggota DPRD Siantar, Kamis (7/3/2024).
Dikatakan wajar tidak meraih Adipura dan sejenisnya, karena sampah di Kota Siantar begitu mudah ditemukan. Bukan hanya di pinggiran kota, tetapi termasuk di inti kota.
Andika Prayogi, Ketua Komisi I DPRD Siantar yang pernah melakukan sosialisai Perda No 11 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah melalui reses DPRD Siantar itu mengatakan, program LISA saatnya dievaluasi karena terkesan sebagai pencitraan. Lebih dari itu, monemen Piala Adipura di beberapa lokasi kota Siantar hanya tinggal pajangan.
“Sebagai warga Siantar, seharusnya malu kalau melihat monument Adipura itu. Apalagi ada orang luar kota melihat monument itu dan juga melihat tumpukan sampah,” katanya.

Sementara, dengan kondisi kota Siantar yang kotor dan tidak berhasil meraih predikat Adipura dan sejenisnya, perlu juga dipertanyakan bagaimana mewujudkan Kota Siantar yang sehat, sejahtera dan berkualitas? Karena, sehat itu berkaitan langsung dengan kebersihan.
Catatan media ini, Kota Siantar pertama kali meraih Adipura, tahun 1992 dan 1993 saat Walikota dijabat Zulkifli Lubis. Tahun tahun 2008, Tahun 2013 memperoleh Anugerah Adipura, tahun 2015 Sertifikat Adipura dan 2016 kembali meraih Anugerah Adipura.
Sebelumnya, Gading, mantan aktifis mahasiswa itu mengtatakan soal LISA yang disuarakan Walikota, gagal. Selain sampah mudah ditemukan di berbagai lokasi, juga tak mampu menggugah masyarakat mendukung kebersihan Kota Siantar.
“Melalui LISA, Kota Siantar selayaknya meraih Piala Adipura tahun 2022 atau tahun 2023. Dan, bicara Piala Adipura sepertinya seperti tinggal kenanangan. Tapi apakah Piala Adipura itu dapat diraih lagi?” kata Gading.
Pantauan tentang monumen Adipura di bundaran Simpang Dua kota Siantar dan Simpang Jalan Gereja-MH Sitorus, layak dipertanyakan karena seperti kurang terawat. Bahkan, air kolamnya justru semakin keruh dan menjadi sarang nyamuk.
Sementara, problema sampah khususnya di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang kerap telat diangkut menjadi problema tersendiri.
OPTIMIS 2024
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Siantar, Dedy Setiawan membenarkan, penilaian Piala Adipura Tahun 2023 yang piagamnya diserahkan Wakil Presiden kemarin, Selasa (5/3/2024) tidak termasuk untuk kota Siantar.
“Ya, itu penilaian untuk tahun 2023,” ujarnya. Namun, untuk tahun 2024 yang akan diumumkan tahun 2025′, Kadis optimis Kota Siantar akan memperoleh Piala Adipura.
Sikap optimis itu disampaikan karena persiapan menurutnya lebih matang. Apalagi sejumlah peralatan untuk pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjung Pinggir sudah dilengkapi. Bahkan sudah beroperasi.
“Kalau penilaian Adipura itu kuncinya terkait dengan pengelolaan sampah. Untuk itu kita sudah memiliki sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang sebenarnya sudah beroperasi. Jadi, untuk tahun 2024, kita optimis Siantar meraih Piala Adipura,” ujarnya. (In)