- SIANTAR, SENTERNEWS
Unjuk rasa petani dari Forum Tani Sejahtera Indonesia (Futasi) di depan kantor Wali Kota Siantar yang mendapat pengawalan puluhan pengaman dari Satpol PP dan personel Polres Siantar, memiliki berbagai dinamika, Selasa (26/9/2025).
Selain harus merasakan haus di tengah terik matahari sehingga tenggorokan yang kering hanya dibasahi dengan air mineral gelas merek murahan, petani yang mengelola lahan di Kelurahan Gurilla, Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Siantar itu, tidak segan-segan berteriak, ”Lapaaaar!”.
Teriakan lapar sepertinya sangat beralasan. Karena, sekira jam 12.00 Wib, berjengkal-jengkal perut beberapa pengunjukrasa mulai keroncongan karena belum diisi. Ternyata, teriakan lapar itu ditanggapi beberapa ibu-ibu atau “inang-inang” dengan membuka tas, mengeluarkan ubi rebus untuk dibagi kepada beberapa orang pengunjukrasa.
Meski ubi rebus itu disebut pengunjukrasa sebagai makanan rakyat jelata, tapi berhasil dikunyah dengan lahap. “Ganas! Ganas!” kata seorang lelaki setengah tua sambil mengunyah ubi rebus yang sengaja dibawa dari Kelurahan Gurillla tepat tinggal pengunjuktrasa.
“Ganas maksudnya ganti nasi!” kata lelaki itu lagi untuk kemudian disambut pengunjuk rasa lain dengan teriakan,”Ganas! Ganas!”.
Ternyata, teriakan lapar itu ditanggapi pengunjukrasa yang berorasi dengan menggunakan pengeras suara. Petani dikatakan sudah biasa menahan lapar dan berpanas-panasan saat mengelola lahan pertanian yang telah dirusak pihak PTPN III yang juga dikatakan sebagai pemegang Hak Guna Usaha (HGU).
“Walaupun kita lapar, tidak mungkin kita pulang tanpa membawa hasil. Disini kita lapar dan kalau pulang juga lapar. Untuk itu, lebih baik kita tetap disini. Bila perlu kita menginap sampai mendapat kepastian,” kata seorang pengunjukrasa yang berorasi.
Mengamati dinamika itu, Junaedi Sitanggang sebagai Asisten III Pemko yang menerima pengunjukrasa tampak diam. Demikian juga para personel Satpol PP dan personel Polres Siantar. Sementara, saat azan sholat Zuhur berkumandang sekira jam 12.30 Wib, orasi dihentikan.
Jelang beberapa saat, ada beberapa inang-inang datang membawa nasi bungkus dalam kantong kresek. Kemudian, nasi bungkus itu dibagi kepada beberapa pengunjukrasa lainnya.
Ketika nasi bungkus dibuka, lauknya ternyata hanya tempe goreng dan ada juga pakai bakwan. Dicampur sedikit sayur berkuah. Karena jumlahnya sangat terbatas, satu bungkus disantap dua orang. Atau dua bungkus untuk tiga orang.
Di sela-sela pengunjukrasa menyantap nasi bungkus ala kadarnya itu, pihak Kepolisian melakukan mediasi antara Pemko Siantar dengan pengunjukrasa. Seiring habisnya nasi bungkus yang dilahap, Yakop sebagai orator penghunjukrasa mengumukan hasil mediasi.
“Dari hasil kesepakatan kita dengan Pemko yang dimediasi pihak kepolisian, kita diminta segera menyurati Wali Kota untuk melakukan audiensi dan kita segera menyuratinya. Tapi, kalau dalam seminggu ini tidak ada tanggapan dari Wali Kota, kita siap datang lagi dengan jumlah massa yang lebih besar,” kata Yakop.
Kemudian, masa aksi keluar dari halaman kantor Wali Kota. Namun, di depan pintu gerbang, mereka berdiri melingkar berpegangan tangan menghadap keranda yang diusung pengunjukrasa bertuliskan,”RIP Wali Kota Siantar”.
Diiringi lagu perjuangan, pengunjukrasa bergantian menabur bunga warna warni di atas keranda dan keranda itu akhirnya dibakar. Selanjutnya pengunjukrasa membubarkan diri dengan tertib. (In)