SIANTAR, SENTER NEWS
Unjuk rasa kelompok Cipayung yang terdiri dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di depan kantor DPRD Siantar kisruh, Kamis (09/02/2023).
Awalnya demo puluhan mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi penolakan Peraturan Pengganti Undang-undang (Perpu) No 2 Tentang Cipta Kerja (Ciptaker) itu, bergerak dari lapangan parkir Pariwisata Jalan Merdeka Kota Siantar.
Sambil mengusung spanduk bergerak menuju Jalan Diponegoro dan masuk ke Jalan Sutomo. Di depan Rumah Dinas Kapolres Siantar sempat berhenti untuk kemudian aksi duduk di samping taman segi tiga depan Mapolres Siantar.
Karena aksi sempat memakan badan jalan, personel Lantas dari Polres Siantar harus mengatur arus lalulintas agar tidak macet. Setelah berorasi, mahasiswa akhirnya bergerak memasuki kantor DPRD Siantar yang dijaga puluhan personel keamanan dari Polres Siantar dan Satpol PP.
“Kami dari mahasiswa menolak Perpu No 2 tahun 2022 tentang Cipta Kerja. Masalahnya, Mahkamah Konstitusi sudah menyatakan agar pelaksanaannya ditunda untuk direvisi menunggu selama dua tahun. Ternyata, muncul Perpu yang kami nilai tidak berpihak kepada para pekerja,” ujar Ketua HMI Siantar-Simalungun, M Safii melalui orasinya.
Meski telah melakukan orasi secara bergantian, tidak ada anggota DPRD Siantar menerima pengunjukrasa. Sehingga, situasi mulai memanas. Sambil memanggil para anggota dewan, mahasiswa berusaha merangsek masuk ke kantor DPRD Siantar.
Karena para personel keamanan yang melakukan pagar betis berusaha menghadang, terjadi aksi dorong-dorongan. Bahkan, Kasat Intel Polres Siantar, AKP Bobi sempat terdorong keras dan nyaris terjatuh. Demikian juga sejumlah mahasiswa lainnya.
Sementara, Sekretaris Dewan (Sekwan) mengatakan kepada mahasiswa bahwa pimpinan DPRD dan anggota berada di luar kota untuk melaksanakan tugas. Namun, mahasiswa tetap ingin masuk ke ruangan DPRD Siantar. Sehingga, kembali terjadi dorong-dorongan.
Kemudian, muncul anggota DPRD Siantar, Nurlela Sikumbang yang tetap mengatakan bahwa pimpinan dewan dan anggota berada di luar kota. Kalau ada aspirasi yang disampaikan, politisi perempuan itu menyatakan siap menyampaikannya kepada pimpinan dewan.
Pada saat itu, terjadi dialog. Saat mahasiswa tetap ingin masuk ke ruangan DPRD Siantar untuk melakukan dialog, Nurlela Sikumbang menyatakan mahasiswa harusnya lebih dulu membuat surat kepada DPRD Siantar.
“Kita siap menerima adik-adik mahasiswa untuk berdialog. Tapi, harusnya lebih dulu membuat surat supaya kita bisa mengagendakan pertemuan,” ujar Nurlela Sikumbang yang malah diteriaki mahasiswa. Bahkan, saat terjadi lagi dorong-dorongan, politisi perempuan itu akhirnya meninggalkan mahasiswa.
Jelang beberapa saat, mahasiswa meninggalkan halaman kantor DPRD Siantar dan berkumpul di badan depan kantoir DPRD. Setelah itu, mahasiswa kembali masuk halaman DPRD Siantar dan saat hendak masuk ke ruangan, kembali dihadang personel keamanan.
Ternyata, kelompok mahasiswa berhasil menerobos pagar betis. Kemudian, masuk ke ruangan Fraksi Gabungan. Selanjutnya satu persatu mahasiswa duduk di kursi yang tersedia layaknya sedang melakukan sidang. Bahkan, sempat menyangikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Kemudian, salah seorang mahasiswa duduk di bagian depan dan mengetuk palu pertanda sidang dimulai. Menyatakan bahwa para mahasiswa menggantikan para anggota dewan yang dianggap sudah tidak ada. “Sidang secara resmi kita tutup,” ujar mahasiswa tersebut.
Usai menduduki ruang gabungan fraksi yang mendapat pengawalan dari personel keamanan, kelompok mahasiswa akhirnya membubarkan diri dengan tertib meninggalkan kantor DPRD Siantar. (Tim)