SIANTAR, SENTERNEWS
Saat Bakal Calon Presiden RI, Anies Baswedan bersama istri Fery Farhati keluar dari pintu Hotel Sapadia Kota Siantar tempatnya menginap, langsung dicegat sekumpulan emak-emak yang mengaku relawan pemenangan, Jumat (3/11/21023) sekira jam 06.30 Wib.
Saat itu, emak-emak yang diwakili Dewi Latuperisa menyatakan siap bekerja keras memenangkan pasangan Anis Rasyid Baswedan yang berpasangan dengan Muhamimin Iskandar sembari meneriakkan yel-yel perubahan.
Selanjutnya, tokoh masyarakat Simalungun, Risman Saragih didampingi Amiruddin Sinaga menyematkan ulos Pamonting kepada Anies Baswedan. Dikatakan ulos tersebut sebagai suatu kehormatan. Diminta disimpan dan tidak diberikan kepada orang lain.
Setelah menerima ulos, Anies Baswedan mengatakan terimakasih atas pemberian ulos sebagai titipan tokoh adat Simalungun dan warga Kota Siantar. “Terimakasih atas kepercayaan yang diberikan kepada kami sebagai titipan yang akan dibawa dari Siantar,” kata Anies singkat untuk selanjutnya bergerak menuju Kedai Kopi Kok Tong di Jalan Sutomo, Kota Siantar.
Di kedai Kopi Kok Tong, Anies Baswedan disambut dengan tarian tor-tor Somba dan ratusan massa yang juga didominasi emak-emak yang sudah menunggu di luar sembari meneriakan yel-yel kemenangan. Bahkan, saat turun dari mobil, tidak sedikit kaum ibu berusaha menerobos untuk menyalami Anies Baswedan bersama istri sembari berpoto bersama.

Setelah Anies duduk di kursi dengan suguan kopi susu dan roti bakar, langsung disapa Dr Pendeta (Pdt) Jahra Sitinjak dari Sains (Sahabat Anis Baswedan Sumut) dengan mengucapkan selamat datang di Kota Siantar.
“Kami dari Sain yang sudah setahun lalu dideglerasikan dan senang bertemu langsung pagi ini dan pesan saya, harusnya dilakukan acara yang lebih akbar di Kota Siantar,” kata Pdt Jahra Sitinjak sembari mengatakan bahwa yang hadir merupakan atas nama Sains yang terdiri dari para Pendeta dari Kota Siantar.
Selanjutnya, Pdt Julius Sianturi yang sengaja datang dari Medan ke Siantar untuk bertemu langsung menemui Anies Baswedan bersama sejumlah Pendeta lainnya yang tergabung di Sains. Demikian juga Pendeta A Purba dari Simalungun menyatakan senang adanya pertemuan tersebut meski suasananya begitu terbatas.
Sejumlah pertanyaan langsung disampaikan kepada Anies Baswedan. Antara lain dari Pdt S Simbolon terkait bagaimana melakukan perubahan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia apabila Anies Baswedan terpilih menajdai Presiden. Kemudian, Pdt Horas Sianturi mempertanyakan soal sulitnya mendirikan rumah ibadah karena ada SKB 3 Menteri.
Menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan, Anies Baswedan mengatakan bahwa pembangunan harus dimulai dari persatuan berkeadilan. Seperti yang dipetiknya dari perkataan Marhin Luther King. Intinya menyatakan bahwa perdamaian itu bukan tentang tiadanya kekerasaan dan konflik. Tetapi, kedamaian adalah tentang hadirnya rasa keadilan bagi semua.
“Waktu kami bertugas di Jakarta, keadilan itu selalu disertakan dalam setiap sektor. Misalnya, dalam bidang pekerjaan dan kesempatan berusaha. Lalu, berkeadilan antara suku dan agama itu sama dan kesetaraan bagi perbedaan yang ada di antara kita,” ujarnya.
Di Jakarta, perbedaan itu dikatakan tampak. Kalau ada pelanggaran dilakukan “raksasa” yang datang baik-baik. Kalau yang kecil, yang datang pengusiran dan kekerasan. “Apakah yang besar dibiarkan melenggang melanggar hukum dan yang kecil hukum terus ditegakkan. Bukan berarti kedua-duanya dibiarkan. Tapi, perlu kesetaraan,” tegas Anies Baswedan.
Dijelaskan juga, ada yang melanggar hukum karena kebutuhan dan ada yang melanggar hukum karena keserakahan. Yang melanggar hukum karena keserakahan harus dihadapi dengan hukuman yang beragam tapi bagi yang melanggar karena kebutuhan, kebutuhannya harus lebih dulu diselesaikan, kalau tidak akan tetap terjadi pelanggaran.
Terkait dengan pendirian rumah ibadah, Anies Baswedan mencontohkan saat menjabat sebagai Gubenur DKI, melalui pendekatan kepada masyarakat berhasil menerbitkan IB kepada 33 gereja untuk selanjutnya dibangun.
“Ke 33 gereja itu ada yang menunggu IMB antar 30 sampai a40 tahunh. Tapi, setelah saya melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat, gereja itu akhjirnya berdiri sampai sekarang,” kata Anies Baswedan.
Usai pertemuan sekitar 50 menit, kepada awak media mengucapkan terimakasih kpada warga Siantar yang begitu antusias menyambutnya. Bahkan, saat malam hari sekira jam 12.30 Wib di hotel tempat menginap, banyak masyarakat menunggu. Terutama emak-emak.
“Pagi ini, kita berkumpul dengan masyarakat terutama pendeta untuk menjaga persatuan dengan menjaga kesetaraan dan persatuan bagi kita semua. Dialognya bagus sekali dan melalui dialog dapat diselesaikan secara bersama-sama,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anies Baswedan mengatakan siap membangun stadion berstandart FIFA di Sumatera Utara. Tujunnya, selain untuk olahraga, juga pertunjukan seni dan budaya serta keagamaan. Kalau soal tempat akan akan kita atur selanjutnya,” katanya mengakhiri untuk kemudian melayani emak-emak berpotho.
Dari Kota Siantar, Anies Baswedan bersama rombongan berangkat ke Pesantren Tuan Guru Batak di Nagori (Desa) Jawa Tonga, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun. Tujuannya bersilaturahmi dengan sejumlah tokoh agama, tokoh adat, santri/santriwati.
Sekitar, satu setengah jam di pesantren Tuan Guru Batak tersebut, sekira jam 10.00 Wib, melanjutkan perjalanan menuju Masjid Agung H Achmad Bakrie di Kisaran.
Usai Anies Baswedan meninggalkan Kota Siantar, ketua DPD Partai NasDem, Frans Herbert Siahaan mengatakan bangga dengan kehadiran Bacapres RI, Anies Baswedan yang disambut warga Siantar dengan antusias.
“Kita bangga, Bapak Anies kita dengar mengatakan bahwa betapa indahnya Kota Siantar. Kegiatan ini merupakan safari kebangsaan atau silaturahmi dan dia hadir atas kecintaan kami. Ketika ketemu fisik tentu beda dengan saat melihat melalui televisi,” ujar Frans Herbert Siahaan didampingi anggota DPRD Siantar dari Partai NasDem, Tongam Pangaribuan. (In)