SIANTAR,SENTERNEWS
Gerakan Mahasiswa dan Rakyat Untuk Perubahan (Gemuruh) kembali unjuk rasa menyuarakan dugaan penyalahgunaan bantuan sosial (Bansos) dan intimidasi yang dilakukan pejabat Pemko Siantar kepada masyarakat, Jum’at (23/2/2023) sekira jam 14.00 WIB.
Aksi yang mengusung poster awalnya berorasi di depan kantor Kejaksaan Negeri Kota Siantar Jalan Sutomo, Kota Siantar. Menyatakan bahwa Gemuruh akan melaporkan dugaan penyalahgunaan Bansos yang dilakukan relawan tingkat kelurahan untuk kepentingan salah satu partai peserta Pemilu.
Wahai bapak-bapak di Kejaksan, kami datang untuk menyampaikan dugaan penyalahgunaan Bansos sebagai program pemerintah kepada masyarakat miskin dan keberadaan e-Warung yang terindikasi melakukan korupsi,” kata Presidium Gemuruh, Chotibul Umam Sirait melalui pengeras suara.
Dijelaskan, e-Warung yang dikelola relawan tingkat kelurahan diduga telah menyalahgunakan dana Bansos karena setelah masyarakat menerima uang dari rekening masing-masing harus disetor ke e-Warung untuk digantikan sembako seperti telur, kacang-kacangan, beras dan buah-buahan.
Padahal, sembako yang diberikan kepada masyarakat sebagai peserta Program Keluarga Harapan (PKH) tidak berkualitas dan sering terlambat. Sementara, sesuai Surat Edaran Kementrian Sosial, keberadaan e-Warung sudah tidak diperbolehkan lagi.
“Beberapa hari lalu, kita sudah menyampaikan soal keberadan e-Warung secara lisan kepada pihak Kejaksaan. Untuk itu, kita minta agar diberi penjelasan dari pihak Kejakasaan,” kata Chotibul Umam Sirait lagi.
Jelang beberapa saat, puluhan massa Gemuruh akhirnya diterima Kasubdik Intel Kajari, Lamhot Siburian. Menyatakan agar Gemuruh melengkapi berbagai data dan bukti pendukung lainnya untuk ditindaklanjuti.
“Kita sudah mendengar aspirasi yang disampaikan. Kita menunggu lampiran berkas yang dibutuhkan dari adik-adik mahasiswa, “ ujarnya didampingi sejumlah personel Kejari lainnya dan disambut dengan massa Gemuruh dengan positif.
“Terimakasih atas perhatian yang disampaikan. Dalam waktu dekat, kami akan datang menyampaikan berkas dan bukti-bukti yang dibutuhkan,” ujar Chotibul Umam Sirait untuk selanjutnya bergerak bersama mahasiswa sebagai pengunjuk rasa ke depan Mapolres Siantar yang pintu gerbangnya dijaga puluhan personel Polisi melalui pagar betis.
Melalui orasinya, Gemuruh menyatakan datang untuk mempertanyakan soal laporan yang telah disampaikan beberapa waktu lalu terkait adanya oknum pejabat Pemko Siantar yang melakukan intimidasi kepada masyarakat melalui pihak kelurahan agar masyarakat yang turut berunjuk beberapa waktu lalu dikeluarkan sebagai penerima Bansos.
“Kami sudah punya bukti dan sudah disampaikan kepada Polres. Untuk itu, kami ingin mengetahui sudah sejauh mana prosesnya. Dan, kami minta supaya Bapak Kapolres datang menerima kami, ” jelas koordinator aksi Khairil Mansyah.
“Mana Bapak Kapolres? Kami mengetahui Bapak Kapolres berada di ruangannya. Tapi kenapa tidak berani keluar? Untuk itu, kami masih sabar menunggu walaupun cuaca panas terik seperti ini,” kata Khairil Mansyah lagi.
Jelang beberapa saat pengunjuk rasa membawa dua ban mobil yang siap dibakar kalau Kapolres Siantar tidak datang juga. Ternyata, karena Kapolres yang ditunggu-tunggu tidak datang, mahasiswa bersiap-siap melakukan aksi bakar ban menggunakan minyak bensin.
Meski Kanit Bimas AIPTU Marwan minta Gemuruh agar tidak melakukan aksi bakar ban karena dapat menganggu kepentingan umum, himbauan itu tetap diabaikan dan aksi bakar ban dilakukan juga. Sehingga, api yang semakin marak membuat arus lalu lintas dari depan Museum, terpaksa dialihkan ke bagian jalan belakang taman segi tiga depan Mapolres.
Ketika api semakin marah diiringi kepulan asap hitam membubung ke udara, personel Polisi yang semula melakukan pagar betis terpaksa menjauh. Bahkan, ada dua unit sepeda motor yang berdekatan dengan kobaran api terpaksa dipindahkan.
Mahasiswa mengiringi aksi bakar ban dengan menyanyikan lagu sambil berjalan melingkar. Sedangkan sejumlah kaum ibu yang sebelumnya tercatat sebagai penerima Bansos berupa beras, saat menjelang Pemilu, tidak mendapatkan beras hanya melihat dari kejauhan.
Setelah api pembakaran ban semakin mengecil dan padam, puluhan massa Gemuruh membubarkan diri dengan tertib. Namun, berjanji akan datang lagi berunjukrasa untuk mempertanyakan sudah sejauh mana proses tentang adanya pejabat Pemko yang telah mereka laporkan. (In)