SIANTAR, SENTERNEWS
Pemuda, lebih khususnya lagi mahasiswa, harus tetap kritis mengawal proses Pilkada Serentak 2024 seperti Pemilihan Walikota Siantar agar memang berkualitas. Dan, paling “menyala” dibincangkan, soal money politik di tengah-tengah masyarakat sebagai calon pemilih.
Fakta tersebut terungkap saat Mata Publik Official menggelarDiskusi Publik dengan tema “Pemuda Dalam Mengawal Demokrasi Pilkada Serentak”. Berlangsung di Aula Pasca Sarjana Universitas Simalungun (USI), Kota Siantar, Rabu (20/11/2024) mulai pukul 14.00 Wib sampai 17.00 Wib.
Diskusi publik itu menghadirkan nara sumber Ketua KPU Sumut, Agus Arifin, Dosen Pascasarjana USI Dr Muldri Pasaribu, Imran Nasution dari Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Medan dan Dr Bismar Sibuea dari Lembaga Survey Independent Nasional.
Haadir Tim pemenangan Paslon juga hadir, Gusmiyadi dari Paslon 01, Riski Tim Paslon 02, Rudolf Hutabarat dari Paslon 03 serta Azila Maisarah Siregar Tim Paslon 04. Bahkan, hadir juga Calon Wakil Walikota Herlina.
Sementara, moderator Diskusi Publik langsung ditangani Anugerah Nasution jurnalis Tribun Medan yang juga bagian dari Mata Publik Official.
Agus Arifin, Ketua KPU Sumut melalui zoom mengatakan, pihaknya siap menggelar Pilkada Serentak 2024 karena logistik sudah sampai ke kabupaten/ kota se Sumut. “Pemuda harus turut mengawasi proses Pilkada Serentak. Misalnya mencegah terjadinya money politik,” ujarnya.
Muldri Pasaribu, Dosen Pascasarjana USI menjelaskan tentang sejarah Pemilu di Indonesia sampai saat sekarang dan Pilkada yang berlangsung untuk memilih kepala daerah harus dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas.
Kemudian, disinggung juga tentang money politik yang begitu menggejala. Untuk itu, kaum muda harus mencermatinya agar tidak mencederai pesta demokrasi. Sementara, perangkat hukum dikatakan sudah ada mengatur dan tinggal bagaimana penerapannya.
Sementara, Dr Bismar Sibuea dari Lembaga Survey Independent Nasional mengatakan, jumlah pemilih kalangan kaum muda di Kota Siantar yang berusia 30 tahun ke bawah sebanyak 65.696 orang.
”Kalau dihitung, besaranya sekitar 32,48 persen dari Jumlah pemilih sebanyak 202.236 orang,” ujarnya sembari memaparkan tentang mekanisme survey yang dilakukan untuk mengukur tingkat popularitas dan elektabilitas Paslon yang sudah dilansir ke publik.
Hasil survey itu yang memiliki responden secara acak dapat berubah-ubah dan itu tergantung dari waktu saat survey dilakukan. Pihaknya juga sudah melakukan survey tentang tingkat politik transaksionala atau money politik yang persentasenya cukup besar.
Sementara, Imran Nasution mengatakan, soal money politik atau politik transaksional memang begitu menggejala. Namun, jangan meminta rakyat menghindarkan money politik. Masalahnya, itu terjadi karena ada pemberi, maka ada penerima.
”Coba kalau tidak ada pemberi, tentu tidak ada penerima,” tegasnya yang juga mengatakan bahwa peran pemuda tidak efektif mengawal Pilkada agar berkualitas kalau tidak bersama dengan KPU, Bawaslu tokoh agama.
Namun, meski Money Politik sulit dihindari, pemuda harus terus bersuara dan meloihat kondisi saata ini, Pilkada berkualitas dikatakan seperti angan-angan.
Sebelumnya, masing-masing Tim Pemenangan Paslon memaparkan beberapa hal terkait peran pemuda dan berusaha memaparkan program untuk merangkul pemuda apabila jagoannya terpilih. Sehingga, para peserta seperti dirayu untuk memilih calon dari pemenangan masing-masing.
Di sela-sela diskusi, dilakukan Tanya jawab. Selain soal Money Politik, juga terkait dengan maraknya narkoba yang begitui mengancam kaum muda. “Kaum muda harus diselamatkan dari bahaya Narkoba. Bagaimana Paslon menyikapinya?” kata Tigor Munthe dari kalangan jurnalis.
Dari berbagai pertanyaan yang diajukan para peserta diskusi, jawaban yang disampaikan terkesan masih normatif meski berlangsung dengan komunikatif. Sementara, diskusi publik itu diisi dengan puisi dan nyanyian bernada kritik dari komunitas Mata Publik Official. (In)