SIANTAR, SENTERNEWS
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pematangsiantar melalui Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama, gelar Workshop Moderasi Beragama Wasathiyah dengan tema,” Mengejawantahkan Islam Wasathiyah di Pematangsiantar,”, Minggu (27/07/2025).
Kegiatan yang berlangsung di aula Sekretariat MUI Pematangsiantar, Jalan Kartini, Kecamatan Siantar Barat itu, menghadirkan nara sumber, Ketua MUI Pematangsiantar Drs H M Ali Lubis serta Ketua Jurusan Antropologi dan Sosiologi FISIP Malikulsaleh Dr Abdullah Akhyar Nasution S Sos Msi CIQaR.
Di sela-sela kegiatan, Muhammad Ari Irawan SE MM sebagai Assistant Manager BPJS Ketenagakerjaan Cabang Pematangsiantar, juga mensosialisasikan tentang pentingnya BPJS Ketenagakerjaan dengan slogan,”Kerja Tenang, Keluarga Aman”.
Ketua Pelaksana, Narimo SAg MPd melalui laporannya mengatakan, para peserta berasal dari Pimpinan Ormas Islam, Organisasi Kepemudaan Islam, Perwakilan Mahasiswa Islam dan Guru Madrasah.
“Setiap tahun, Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama selalu melakukan sosialisasi kerukunan umat beragama di Kota Pematangsiantar,” kata Narimo SAG MPd.

Dijelaskan, Kota Siantar di tahun 2016 meraih rangking pertama pada Indeks Kota Toleransi se Indonesia. Tahun 2016 turun menjadi urutan Kedua. Selanjutnya keluar dari sepuluh besar dan tahun 2024 meraih urutan ke lima.
“Dari gambaran tersebut, menunjukkan bahwa warga Kota Pematangsiantar semakin memahami toleransi yang harus dijaga, dirawat dan ditingkatkan,” ujar Narimo.
Sekretaris Umum MUI Permatangsiantar, H Ahmad Ridwansyah Putra yang membuka workshop mengatakan, Wasathiyah sebagai penyeimbang dan outputnya Islam sebagai “Rahmatan Lil Alamin” atau rahmat bagi semua makhluk di muka bumi yang membawa keamanan, keadilan dan kenyamanan.
“MUI tentu sangat mendukung kegiatan yang dilakukan dan apa yang bakal disampaikan nara sumber, merupakan ilmu pengetahuan sebagai harta yang kekal dan lebih mahal dari harta materi,” ujar Ahmad Ridwansyah Putra.
Untuk itu, para peserta diharap dapat memaksimalkan penalaran dengan baik untuk dilaksanakan dan sampaikan ke lingkungan masing-masing.
Ketua MUI Pematangsiantar Drs H M Ali Lubis menjelaskan, Umat Islam di Indonesia sudah lama moderasi toleransi. Terbukti, bersedia mengganti kalimat “Piagam Jakarta” seperti pada Sila Pertama pada Pancasila.
Dijelaskan juga tiga prinsip dalam Islam. Seperti, Ukhuwah Islamiyah yang menegaskan, sesama Muslim bersaudara dan tidak boleh memfitnah/menyakiti umat agama lain.
Ukhuwah Wathaniyah sebagai tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang saling menghormati dan saling bersaudara. Kemudian, Ukhuwah Basyariyah atau Ukhuwah Insaniyah bahwa sesama manusia bersaudara.
“Dengan tiga prinsip itu kerukunan kita semakin terjalin dan kokoh. Sehingga, Kota Pematangsianmtar dapat meraih urutan kelima sebagai kota paling toleransi di Indonesia. Semoga kita semakin moderasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di Kota Pematangsiantar,” kata Drs H M Ali Lubis.
Nara sumber terakhir, Dr Abdullah Akhyar Nasution S Sos Msi CIQaR mempresentasekan tentang” Mengenal Identitas dan Keragaman untuk Merawat Toleransi”, untuk mengejewantahkan Islam Wasthiah di Kota Siantar yang beragam suku dan agama.
“Islam Wasathiyah adaiah manifestasi tengah (moderat) dalam berislam yang menekankan keadilan, keseimbangan, dan penolakan terhadap ekstremisme, berdasarkan prinsip Qur’an tentang ummatan Wasathan,” beber Abdullah Akhyar Nasution yang juga menjelaskan tentang acara adat sebagai sarana kerukunan
Nara sumber yang lahir dan besar di Kota Siantar itu juga menjelaskan, untuk mengejewantahkan prinsip IslamWasathiyah harus menjadi Muslim yang taat beribadah dengan menanamkan aqidah. Kemudian, bermuamalah atau saling berhubungan baik dengan sesama umat manusia.
Di penghunung Workshiop dilakukan tanya jawab dari beberapa peserta terkait dengan kehidupan beragama dan toleransi yang berlangsung komunikatif. (In)