SIANTAR, SENTERNEWS
Pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) di Kota Siantar, Rabu (14/2/2024) yang berlangsung sampai menjelang subuh, membuat personel PPS, KPPS, para saksi dan Linmas keletihan, Kamis (15/2/2024).
Karena kondisi tersebut, ada dua orang PPS yang lemah dan tumbang. Sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Harapan Kota Siantar. Keduanya masing-masing dari TPS di Kelurahan Suka Maju dan Kelurahan Suka Makmur, Kecamatan Siantar Marihat, Kota Siantar
“Kedua petugas PPS itu berjenis kelamin lelaki. Pertama dilarikan ke rumah sakit sekira jam 19.30 Wib dan kedua sekitar jam 21.00 Wib,” kata Nurbaiyah Siregar, Komisioner KPU Kota Siantar dari Devisi Partisipasi Masyarakat dan SDM.
Dijelaskan, yang di Kelurahan Suka Makmur karena keletihan apalagi dua hari sebelumnya memang begadang dan tidak selera makan. Kemudian, sebelum dilarikan ke rumah sakit malah minum kopi. “Keduanya masih berada di rumah sakit,” imbuhnya.
Terkait perhitungan suara di sejumlah TPS, rata-rata baru selesai sekira jam 02.00 Wib dini hari. Dan, pagi harinya sekira jam 08.20 Wib, pekerjaan di 796 TPS seluruh Kota Siantar baru tuntas.”Sevcara umum memang tidak ada kendala berarti,” imbuh Nurbaiyah Siregar.
Sementara, sejumlah anggota KPPS di beberapa TPS mengatakan perhitungan suara memang berlangsung sampai menjelang subuh. Paling lama perhitungan untuk DRD Kota Siantar dan itu merupakan yang terakhir dilakukan.
“Perhitungan suara yang kami lakukan sampai menjelang subuh dan paginya para saksi baru pulang. Paling mudah hanya untuk perhitungan suara Pilpres dan DPD,” kata Abror, anggota KPPS di TPS 21, Kelurahan Tomuan, Kecamatan Siantar Timur sekira jam 08.10 Wib.
Hal lain yang membuat tugas di TPS menjadi sedikit terkendala, karena aplikasi Sirekap untuk pengiriman data dari KPPS ke Kecamatan sempat mengalami kemacetan. Sehingga, harus menunggu sampai sekitar dua jam.
Tak jauh beda dengan situasi di TPS 22 yang masih satu lingkungan di TPS 21. Bahkan, pagi harinya, dengan akondisi yang diakui masih mengantuk, personel PPS dan KPPS masih harus mengisi berbagai formulir dengan tetap dalam pengawasan Bawaslu yang juga turut begadang sampai pagi.
“Capek, menjelang subuh, malah ada personel yang hampir menyerah. Tapi, dengan tegas saya katakan TPS tidak boleh ditinggalkan sebelum perhitungan suara selesai dan formulir C 1 ditandatangani. Jadi, semua harus di tempat,” kata S Hutagalung.
Hal yang dikatakan lumayan, cuaca pada malam harinya cerah meski sempat hujan gerimis sebentar. “Kalau hujan deras, pekerjaan dipastikan semakin repot. Bahkan, perhitungan suara bakal terhenti karena bukan tidak mungkin surat suara basah dan rusak,” katanya.
Sementara, akibat perhitungan suara berlangsung sampai menjelang subuh, para Tim Pemenangan partai politik dan Caleg turut terkena imbasnya. Karena, banyak yang harus berjaga-jaga melakukan pengawalan agar catatan yang diperoleh dari TPS benar-benar akurat.
“Ya, saya harus mondar mandir mendatangi TPS di sekitar Kecamatan Siantar Barat. Ikut juga begadang dan sampai keletihan,” ujar salah seorang saksi Caleg bermarga Sinaga di rumah aspirasi, Kelurahan Teladan Kecamatan Siantar Barat.
Dengan kondisi perhitungan suara yang cukup melelahkan pada Pemilu 2024 itu, tidak sedikit para saksi partai politik mengaku menyesal. “Honornya tidak seberapa, tapi pekerjaan cukup melelahkan. Kalau tahun mendatang seperti ini juga, aku tak mau lagilah jadi sakasi,” kata Hans (42) salah seorang saksi salah satu partai politik.
Hasil dari wawancara media ini dengan sejumlah saksi, untuk saksi Pilpres berkisaran antara Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu. Sementara, untuk honor saksi partai politik yang juga diberi tugas untuk mencermati Caleg partai politik, antara Rp 300 ribu sampai Rp 600 ribu.
Selain ada honor dari partai, ada juga yang diminta menjadi saksi Caleg secara khusus. Karena itu, ada honor dari tim pemenangannya. “Kalau ada dua Caleg yang minta, jumlahnya lumayan juga,” kata seorang saksi dari NasDem di salah satu TPS Kelurahan Marihat, Kelurahan Siantar Marihat.(In)