SIANTAR,SENTERNEWS
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota Siantar yang semakin dekat atau 27 November 2024 mendatang, diharap tidak muncul lagi “Calon Tunggal” seperti Pilkada 2020 lalu. Karena itu, sama saja mencederai demokrasi.
Ketegasan tersebut disampaikan sejumlah elemen masyarakat. Selain pemerhati politik maupun ketua partai politik, juga sejumlah elemen lain yang ingin maju menjadi calon Walikota/Wakil Walikota priode 2024-2029.
“Kalau Pilkada Walikota Siantar tahun 2024 ini muncul lagi calon tunggal, kita siap turun ke jalan melakukan perlawanana melalui kotak kosong,” ujar Faidil Siregar salah seorang pencetus Kota Kosong pada Pilkada 2020 lalu, Sabtu (16/3/2024).
Meski calon tunggal berhasil mengalahkan Kotak Kosong, Faidil Siregar mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan suatu perlawanan terhadap demokrasi yang sudah dikebiri. Karena, calon tunggal sama saja dengan pembodohan terhadap rakyat.
Lebih lanjut, Faidil Siregat mengatakan terjadinya calon tunggal Walikota/Wakil Walikota Siantar tidak lepas dari partai politik yang memiliki keterwakilan di DPRD Siantar. Untuk itu, partai politik yang ada saat ini harus benar-benar cerdas memberi pendidikan politik kepada rakyat Siantar.
“Pilkada tahun 2020 lalu, menurut saya merupakan catatan terburuk sepanjang pelaksaaan Pilkada di Kota Siantar. Untuk itu, partai politik jangan lagi terjerumus kepada praktek yang sama. Tetapi, harus memberi pendidikan politik yang cerads kepada masyarakat Siantar,” ujarnya.
Senada dengan pernyataan Ketua DPD Partai Gerindra, Gusmiyadi. Munculnya calon tunggal untuk Pilkada Walikota Siantar 2024, sama saja dengan mencedarai demokrasi. Masalahnya, rakyat tidak punya alternatif untuk menentukan pilihan.
Namun demikian, Gusmiyadi yang akrab disapa dengan panggilan Goben itu yakin untuk Pilkada 2024 tidak akan terjadi lagi calon tunggal. Dan Partai Gerindra menurutnya siap melakukan penghadangan.
“Kita, partai Gerindra punya banyak kader yang siap maju menjadi Calon Walikota maupun Wakil Walikota dan kita sudah mempersiapkannya. Soal kouta 3 kursi yang diperoleh untuk DPRD Siantar memang memerlukan tiga kursi lagi mencari koalisi,” ujarnya.
Dengan munculnya calon Walikota/Wakil Walikota lebih dari satu pasangan, asyarakat tentu punya pilihan alternatif. Artinya, bisa menentukan pilihan mana yang lebih baik dari beberapa calon yang ada.
Calon tunggal itu menurut Goben memang membutuhkan “amunisi” yang besar. Namun, tidak ada juga jaminan calon yang punya “amunisi” besar dapat memenangkan Pilkada 2024 mendatang.
“Bercermin dari Pemilu Legilatif beberapa waktu lalu, tidak semua Caleg yang mengeluarkan banyak uang berhasil meraih kursi meski amunisi merupakan salah satu faktor penting membiayai perolehan suara,” katanya.
Tak jauh berbeda dengan pernyataan Fawer Full Sihite yang malah sudah berencana maju menjadi Calon Walikota Siantar. Bahkan, sudah menyusun visi dan misi untuk dipaparkan di hadapan masyarakat.
Fawer Sihite yang juga penulis buku “International Awam” dan Mata Awam Kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo” itu menyatakan, untuk Pemilu 2024 mendatang, sepertinya tidak akan ada lagi yang berani menjadi calon tunggal.
“Ya, kalau ada yang berani memborong semua kursi DPRD dengan membayat mahal, biaya yang dikeluarkannya tentu sangat besar. Padahal tidak ada jaminan untuk menang karena rakyat semakin kritis. Tapi, kalau menang, bagaimana mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan itu?” tanyanya.
Sementara, semakin besar modal yang dikeluarkan seorang calon yang berhasil memenangkan Pilkada, kakinya semakin dekat ke pintu penjara. Karena, untuk mengembalikan modal akan dilakukan dengan cara-cara melanggar hukum. “Tegasnya melakukan korupsi,” ujar Fawer.
Terpisah, pemerhati politik lokal, Robin Samosir juga angkat bicara. Munculnya calon tunggal harus dilawan. Namun demikian, calon tunggal dipastikan tidak akan terjadi lagi untuk Pilkada Walikota Siantar 2024. Kalau itu juga terjadi,banyak yang akan melawan.
“Ya, saya bisa jamin akan banyak calon yang muncul. Baik itu melalui partai politik maupun melalui jalur perseorangan atau independen,” ujar alumi Fisip Komunikasi UGM Yogjakarta itu optimis. (In)