SIMALUNGUN, SENTERNEWS
Konversi tanaman teh ke tanaman sawit yang dilakukan PTPN IV Sidamanik, Kabupaten Simalungun, ternyata bukan hanya mengancam dua desa. Tetapi, akan merembes ke empat desa yang akan terancam dilanda banjir bandang serta gagal panen.
Karena situasi itu, ribuan masyarakat menyatakan siap untuk kembali turun melakukan unjuk rasa sebagai upaya penolakan. kepada PTPN IV.
Pernyataan itu disampaikan Marisno Saragih Sitio sebagai Pangulu Tiga Bolon, Kecamatan Sidamanik. Apalagi sudah dilakukan beberapa kali pertemuan dan masyarakat tetap menyatakan penolakan konversi tanaman teh menjadi tanaman sawit.
“Mulai tahun 2022 sudah ada pertemuan, saya dan masyarakat melawan dan terus menolak. Katanya dibuka 155 hektar, Tapi yang dikonversi sudah lebih dari 155 hektar. Silahkan diukur, ” beber Marisno di kantor Pangulu Tiga Bolon, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Kamis (4/9/2025) kemaren.
Penolakan keras masyarakat menurut Marisno karena setelah konversi, daerah Panei Tongah begitu sering diterjang banjir. Padahal, setiap adanya sosialisasi, masyarakat tetap melakukan penolakan. Namun, pihak PTPN tetap melaksanakan konversi yang sangat merugikan masyarakat.
“Kalau hujan, Panei Tongah selalu banjir. Kemaren ada pertemuan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan kami pertanyakan kepada Kadis untuk regulasi dan sosialisasi dimana dilakukan, karena saat ini tidak pernah lagi ada sosialisasi.
Karena, katanya ada rekomendasi DLH, tapi saat kami minta, sampai saat ini tidak diberikan. Jangan PTPN IV beralasan rugi karena tanaman teh dan konversi ke sawit supaya untung, bukan bodoh Belanda buat tanaman teh. Tujuan kebun melakukan konversi sudah lain,” tegas Marisno.
Akibat konversi itu, dampak kepada masyarakat Tiga Bolon sangat fatal. Sawah yang sudah ditanam padi mengalami gagal panen. Sehingga, sebagian masyarakat tidak lagi menanam padi dan menggantinya jadi tanaman jagung.
“Tanaman sudah beralih dari sebelumnya sawah, menjadi tanaman jagung, sudah berdampak pada masyarakat Tiga Bolon. Paling terlihat berdampak di Nagori Manik Hataran, Nagori Bukit Rejo dan Nagori Bahal Gajah, di tempat itu sampai beberapa tanggul jebol akibat banjir. Masalahnya, debit air tidak bisa lagi ditahan dari atas akibat konversi, jadi kami yang di bawah menjadi korbannya banjir,” ucapnya.
Terkait dengan rencana akun unjuk rasa, berbagai elemen masyarakat sudah mempersiapkannya untuk menuntut penolakan konversi agar dihentikan pihak PTPN IV. “Sudah sepakat, hasil dari pertemuan akan turun kejalan melakukan penolakan pada hari Minggu besok,” ujar Marisno. (Rm)