Soal sampah bukan lagi masalah baru di Kota Siantar. Tetapi, persoalan lama sejak terakhir meraih piala Adipura tahun 2016 silam. Lantas, masih layak Siantar disebut dengan Kota Adipura?
Menurut sejumlah warga Kota Siantar, monument Piala Adipura yang masih berdiri megah di beberapa lokasi, hanya meninggalkan kenangan masa lalu. Bahkan, hanya tinggal pajangan belaka.
“Kalau lewat monument Piala Adipura di Simpang Ampat, dalam hati saya merasa malu. Karena, Siantar sekarang banyak sampah,” kata A Lubis (70) warga Kelurahan Tomuan, kecamatan Siantar Timur Kota Siantar, Senin (13/11/2023).
Lubis, mantan penarik becak BSA yang menjual BSA kepada orang lain itu mengaku pernah bangga sebagai warga Siantar. Pasalnya, saat Wali Kota Siantar dijabat Zulkifli Lubis (1989-1994), Siantar seingatnya pernah dua kali meraih Piala Adipura.
“Kalau tidak salah, Piala Adipura pertama untuk Siantar tahun 1992 dan 1993. Waktu itu, saya ikut membawa Piala Adipura dari perbatasan Kota Siantar menggunakan becak BSA. Bangga rasanya,” kata Lubis.
Lubis ternyata tidak mengetahui bagaimana perkembangan Kota Siantar dalam rangka meraih Adipura selanjutnya. Padahal, tahun 2008 saat Wali Kota dijabat RE Siantar, Tahun 2016 Siantar kembali meraih Adipura saat Jumsadi Damanik menjabat sebagai Plt Wali Kota.
“Sekarang, Siantar tidak layak lagi disebut Kota Adipura. Sepertinya itu sudah tinggal kenangan saja,” ujar Lubis yang ternyata turut mengamati perkembangan Kota Siantar dari masa ke masa. Bahkan, mengetahui program Lihat Sampah Ambil (LISA) yang dicanangkan Wali Kota dr Susanti Dewayani SpA yang menjabat sekarang.
Fakta yang disebut Lubis, ada benarnya. Program LISA ternyata seperti hanya slogan belaka. Terbukti, sampah begitu mudah ditemukan di berbagai lokasi. Bukan hanya di sekitar Pasar Horas dan Pasar Dwikora atau Pajak Parluasan. Demikian juga di tengah kota.
Bahkan, melalui reses sejumlah anggota DPRD Siantar mulai 25 sampai 27 September 2023 lalu, para anggota DPRD Siantar melaporkan melalui rapat paripurna bahwa sampah menjadi masalah di daerah pemilihan (Dapil) masing-masing.
“Waktu melaporkan hasil reses melalui rapat paripurna itu, Khusus di Kecamatan Siantar Timur dan Siantar Marihat bagian dari Dapil III, sampah masih tetap masalah,” kata Baren Alijoyo Purba anggota DPRD Siantar.
Problema yang terjadi dikatakan karena pengangkutan sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) tidak bertepatan saat warga membuang sampah. “Misalnya, sampah diangkut jam enam pagi. Sedangkan masyarakat buang sampah di atas jam itu,” katanya.
Sementara, aktifis Kota Siantar mengatakan, LISA yang disuarakan Wali Kota gagal. Bukan hanya karena sampah mudah ditemukan di berbagai lokasi. Lebih dari itu, tak mampu menggugah masyarakat untuk mendukung kebersihan Kota Siantar.
“Kita merasa heran, mengapa soal sampah tidak bisa dituntaskan. Jangan-jangan ibu Wali Kota tidak pernah berkeliling melakukan inspeksi mendadak keliling kota. Atau mungkin terlalu banyak melakukan kegiatan serimonial di dalam ruangan,” ujarnya.
Dijelaskan, melalui program LISA, Kota Siantar selayaknya mampu meraih Piala Adipura tahun 2022 atau tahun 2023. “Kalau bicara Piala Adipura sepertinya seperti tinggal kenanangan. Tapi, enggak tau apakah Piala Adipura itu dapat diraih lagi,” kata Gading.
Sebelumnya, Dedy Setiawan sebagai Kadis Lingkungan Hidup Kota Siantar yang ditanya kapan Tim Penilai Adipuira dari pusat datang ke Siantar, menurutnya itu tidak pernah diberitahu secara terbuka. “Kalau tim penilai itu datang, biasanya selalu senyap,” ujarnya.
Dijelaskan, terkait sarana dan prasarana untuk truk pengangkut sampah memang sudah memadai. Hanya saja, soal rutinitas warga membuang sampah tidak dilakukan setelah truk datang mengangkut dari TPS.
“Truk mengangkut sampah itu ada tiga kali dalam sehari. Kalau pagi harinya sempat menumpuk warga baru membuang sampah setelah truk mengangkut sampah, siang harinya pasti kita angkut,” kata Dedy Setiawan.
Untuk memaksimalkan pengelolaan sampah, Dinas Lingkungan Hidup dikatakan ada mengajukan anggaran pada Rancangan APBD Siantar 2024 yang saat ini masih dalam tahap pembahasan. “Anggaran yang kita ajukan, rencana pembelian alat berat untuk ditempatkan di TPA Tanjung Pinggir,” ujarnya. (In)