SIANTAR, SENTER NEWS
Penggunaan media sosial yang terdiri dari berbagai jenis pada anak memang memiliki dampak positif. Namun, sangat berbahaya kalau dibiarkan tanpa pengawasan dari orang tua. Karena, selain bisa depresi dan diculik, juga terlibat seks bebas.
Pernyataan itu disampaikan Psikolog, Endra Putri Ayu Ningtiaz M Psi, nara sumber Seminar Remaja dan Orang Tua yang digelar Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga (KPRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pematang Siantar, di aula MUI Kota Siantar, Kamis (9/3/2023).
Awaknya, nara sumber menerangkan tentang media sosial sebagai aplikasi aktifitas tertentu sebagai alat komunikasi. Mulai dari twiter, face book, Media Sharing Networks, Tiktok, Instagram, Discussion Forums, Sosial Blogging Network dan lainnya.
“Media sosial dapat memberi dampak positif seperti menambah pengetahuan atau untuk belajar termasuk mencari uang dengan menjual berbagai produk meski pemakainya sebagai konsumen dapat ketagihan. Termasuk bermain game online dan lainnya,” ujar Endra Putri Ayu Ningtiaz.
Kepada pelajar sebagai peserta seminar dipaparkan tentang adanya anak remaja yang diserang atau diteror anak-anak lainnya melalui media sosial. Sehingga tidak berani keluar rumah dan hanya di kamar sehingga mengalami depresi.
Lebih lanjut dijelaskan juga, ada seseorang mengajak berkenalan kepada anak remaja melalui online. Saat sudah semakin dekat, diarahkan kepada perbuatan-perbuatan tidak pantas atau kegiatan cabul. Kalau anak itu menuruti keinginan seseorang dimaksud, tentu sangat berbahaya.
“Setelah itu, anak akan dibujuk rayu dan akhirnya mau diajak bertemu melakukan kegiatan seksual. Akibatnya, ada anak hilang karena korban online groming. Karena itu, kalau ada orang yang tidak dikenal, jangan mau diajak kenalan,” ujar Endra.
Lebih lanjut dijelaskan, ada korban penipuan melalui online karena banyak modus yang bisa dilakukan. Untuk itu, anak remaja harus mengerti bermain media sosial dan peran orang tua untuk mengawasi tentu sangat dibutuhkan. Termasuk melibatkan anggota keluarga lainnya.
Sebelumnya, Ketua panitia seminar Dra Hj Rayani Purba yang juga ketua KPRK melalui laporannya mengatakan, para peserta seminar sebanyak 50 orang dari 25 SMP/MTs Negeri dan Swasta seluruh Kota Siantar, guru dan orang tua siswa yang turut mendampingi putra-putrinya.
Dijelaskan, seminar remaja dan orang tua itu mengusung thema, “Meningkatkan peran orang tua dalam melindungi anak dari penyalahugunaan media sosial”. Kegiatan tersebut dikatakan perdana untuk membahas media sosial yang dapat disalahgunakan.
“Para orang tua selalu resah mengawasi putra-putrinya dalam bermain handphone yang dapat memberi dampak positif dan berdampak negatif. Untuk itu, seminar ini sangat penting agar para orang tua dapat berperan aktif mengawasi anak-anaknya,” ujar Hj Rayani Purba.
Nara sumber seminar lainnya, Ketua MUI Kota Siantar DRS h m Ali Lubis yang mengatakan, seorang anak itu lahir dalam keadaan bersih seperti kapas putih. Namun, orangtuanya yang membuat anak itu jadi berwarna. Atau baik atau buruk.
“Hanphone jelas sudah menjadi kebutuhan dan dapat memberi manfaat. Tapi, bagi yang tidak melihat manfaat tersebut, dapat menyalahgunakannya untuk membuka hal-hal yang sangat tidak bermafaat dan melihat hal-hal yang menyalahi.
Pada acara seminar dengan protokol, Hj Yusnani Nasir Spd MS, nara sumber didampingi moderator Nurlela Lubis dan Hj Rayani Purba. Saat dilakukan tanya jawab, seminar berlangsung komunikatif dan efektif.
Pada acara penutupan, Sekretaris Umum MUI Kota Siantar H Ridwansyah Putra mengatakan, media sosial yang saat ini semakin berkembang pesat memang sudah menjadi kebutuhan. Bahkan, kalau tidak mengenal media sosial, disebut ketinggalan zaman.
Karena nara sumber telah memaparkan berbagai dampak negatif dari media sosial, ke depannya perlu dilakukan seminar dengan menghadirkan personal security untuk mengantisipasi dampak negatif media sosial tersebut.
Kemudian, H Ridwansyah Putra berpesan kepada para pengguna media sosial, “Sebelum melangkah, harus berpikir dulu sebelum beraksi,” Sedangkan kunci untuk menghindari dapak negatif, menjaga diri dari dan anak-anak serta keluarga api neraka. “Orang tua harus menjadi contoh dan menjadi pahlawan bagi anak-anaknya,” ujar Sekretaris Umum MUI Kota Siantar itu. (In)