SIANTAR SENTER NEWS
Kelompok orang miskin atau prasejahtera yang namanya tercantum sebagai penerima Bantuan Sosial (Bansos) pemerintah, “serbu” Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A), Kota Siantar, Rabu (20/9/2023).
Di kantor pemerintah itu, orang miskin yang didominasi puluhan ibu rumah tangga tersebut, marah karena relawan kelurahan tidak diberi memberi undangan untuk mendapatkan jatah beras di Kantor Pos sebanyak 10 Kg untuk bulan Agustus 2023.
Seperti yang disampaikan Me (32), warga Kelurahan Bantan, Kecamatan Siantar Barat. Karena tidak mendapat kupon dari relawan, sempat bersitegang dengan seorang relawan di Rumah Pangan Srikandi, Kelurahan Bantan.
“Saya korban Bansos. Tak tau kenapa begitu. Pertama kali relawan pegang undangan. Lantas aku tegur supaya diberikan. Relawan itu bilang tunggu di Kantor Pos. setelah ku tunggu di Kantor Pos sampai tutup dia tak datang,” ujar Me.
Karena kesal, Me menghubungi relawan tersebut melalui telepon seluler. Namun, tidak diangkat. “Aku emosi karena itu bantuan pemerintah. Aku tak tau nama aslinya. Kedua kali undangan saya di tangan RW, sampai saya marah dan ribut baru diberikan,” kata Me lagi dengan wajah kesal.
Sementara, sejumlah kaum ibu lainnya juga mengatakan emosi karena tidak mendapat undangan dari relawan kelurahan. Kemudian, disuruh mendatangi Kantor Dinas Sosial P3A bersama sekitar 30-an warga yang tidak mendapat undangan lainnya.
“Saya tadi marah dan waktu di cek Dinas Sosial, nama saya ada dalam data. Terus baru undangan diberikan sama saya. Apa harus marah-marah dulu baru diberikan,” ujar ibu rumah tangga lainnya yang diamani warga lainnya.
Ada warga bermarga Damanik mengatakan, namanya jelas tercantum sebagai penerima Bansos tetapi tidak menerima undangan. “Bulan lalu, saya tidak mendapat undangan. Terus saya mendatangi Kantor Pos dan pihak Kantor Pos bilang nama saya ada tercantum dan beras diberikan juga,” katanya.
Selanjutnya, bulan September ini Damanik kembali tidak mendapat undangan. Sehingga, enggan mendatangi kantor Pos untuk mendapatkan beras. Pasalnya, ada warga tidak membawa undangan meski namanya ada tercantum dalam data basc, tidak diberikan beras.
“Sekarang saya belum juga dapat undangan untuk mendapatkan beras. Tak tau kenapa. Kalau yang lain sudah ada menerima. Permasalahannya sekarang sebenarnya antara penyalur dengan penerima. Tapi, relawan ikut campur mempersulit,” katanya.
Dari hasil perbincangan sejumlah kaum ibu lainnya di halaman kantor Dinas Sosial P3A itu, mengaku sering diintimidasi sejumlah relawan karena setelah mendapatkan uang tidak membeli bahan pangan seperti beras, telur, buah dan kacang-kacangan dari Rumah Pangan.
“Kek mana kami dipaksa membeli dari rumah pangan. Berasnya jelek, buahnya malah busuk dan telur pernah busuk. Selain itu sering terlambat. Padahal, Dinas Sosial bilang boleh membeli dari warung lain asal dilengkapi bon,” kata ibu rumah tangga.
Lantas, karena tidak menyerahkan uang ke rumah pangan untuk mendapatkan bahan pangan, relawan dikatakan sering mengintimidasi. Diancam namanya akan dicoret dari data. “Kalau relawan sering mengancam nama kami mau di black list,” ujar ibu rumah tangga lainnya.
Pada umumnya, masyarakat yang mendatangi Dinas Sosial P3A itu berharap agar para relawan diberi teguran bahkan sanksi. Bila perlu diberhentikan. Karena, masalah Bansos merupakan bantuan yang wajib diberikan kepada masyarakat miskin.
Sementara, Armansyah Nasution, Koordinator Tenaga Kerja Sukarela (TKSK) Kecamatan yang dikonfirmasi mengatakan, warga yang datang tersebut memang diintruksikan pihak relawan kelurahan. Pasalnya, saat ini sedang dilakukan perbaikan data.
“Kita yang mengundang mereka datang. Tujuannya untuk melakukan pendataan. Karena ada indikasi warga sudah tidak tepat lagi sebagai penerima masih tercatat. Namun, bagi yang sudah mendapatkan undangan, berarti mereka masih layak sebagai penerima,” ujar Armansyah.(In)