SIANTAR, SENTER NEWS
Upaya PTPN 3 mengambil alih (okupasi) lahan di Kelurahan Bah Sorma dan Guriila, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Siantar terus berlanjut. Bahkan, dana sugu hati yang dikeluarkan untuk diterima para penggarap sudah mencapai Rp 1 miliar.
“Sampai hari ini ada 35 kepala keluarga yang sudah menerima dana sugu hati. Kalau jumlahnya totalnya berkisar Rp 1 miliar. Itu untuk pengganti tanaman dan bangunan,” ujar Manajer Personalia PTPN 3 Kebun Bangun, Doni Freddy Manurung, usai menyerahkan sugu hati kepada salah seorang penggarap, Senin (31/10/2022).
Terkait besaran dana diterima warga yang tergabung dalam Forum Tani Sejahtera (Futasi) dikatakan bervariasi. Paling besar Rp 300 juta untuk tanaman dan bangunan. Sedangkan paling rendah Rp 1,5 juta.
“Yang menerima Rp 1,5 juta itu hanya pengganti tanaman dan itu sudah sesuai dengan kebijakan pihak PTPN. Walaupun hanya batang ubi kayu yang baru ditanam di lahan yang tak sampai satu rante, kita hargai Rp 1,45 juta,” ujarnya.
Dijelaskan, warga yang mendaftar untuk menerima dana sugu hati terus bertambah dan sudah tercatat sebanyak 187 kepala keluarga. Tentang pencairan dananya dilakukan secara bertahap. Setelah itu, penerima sugu hati itu meninggalkan lahan dan bangunan atau rumahnya.
“Syarat penerima sugu hati, mereka memperlihatkan identitas dan membuat permohonan untuk meninggalkan lahan. Tapi, kalau ada orang lain mengklaim lahan itu miliknya, Yang bertanggungjawab adalah penerima sugu hati itu,” ujar Doni.
Lebih lanjut dijelaskan, bagi yang sudah menerima sugu hati, diberi waktu untuk meninggalkan bangunan dan lahan maksimal 6 hari. Setelah itu, lahan dan bangunannya akan dibersihkan dengan menggunakan alat berat.
Selama 2 minggu terakhir melakukan okupasi, pihak PTPN 3 telah berhasil menanam bibit sawit sebanyak 9.300 batang di lahan sekitar 54 hektar dari lahan keseluruhan HGU PTPN 3, seluas 66,06 hektar.
“Yang belum tertanam hanya tinggal sekitar 12 hektar lagi, itupun karena lahannya di jurang-jurang dan ada juga di sekitar bangunan yang belum dibersihkan alat berat. Jadi, tahun ini, upaya okupsi diharap tuntas,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, upaya yang sudah dilakukan selama ini tetap mengedepankan persuasif. Tidak ada kekerasan atau pemaksaan. Bahkan, kalau ada penggarap yang ingin memancing bentrok, petugas selalu menahan diri agar tidak muncul masalah baru.
“Seperti beberapa hari lalu, ada warga yang membawa parang berhadapan dengan petugas keamanan. Tapi, petugas tidak terpancing. Karena, kalau terjadi bentrok sampai berdarah, tujuan okupasi tentu bisa tidak tercapai dengan baik,” ujar Doni.
Lebih lanjut dijelaskan lagi, upaya persuasif yang dilakukan untuk mengambilalih lahan sesuai dengan pernytaan kepada Forkopimda Kota Siantar. “Mudah-mudahan sampai sekarang tetap aman dan kondusif,” ujarnya mengakhiri.
Sementara, pasangan suami istri Ertati HUtabalian didampingi suaminya Bonar Siahaan usai menerima sugu hati sebesar Rp 69 juta mengatakan, mereka harus meninggalkan lahan dan rumah yang sudah dikelola dan ditempati selama 8 tahun.
“Ya, kami memang harus rela menerima sugu hati. Kalau soal jumlah uang yang kamia terima, segitulah. Kami memang harus pindah dan ini masih mencari tempat pindah,” ujar Bonar yang sudah memiliki tiga orang anak.(In)