SIANTAR, SENTERNEWS
Kebijakan pemerintah melalui Menteri Perdagangan RI, Purbaya Yudhi Sadewa melarang pakaian eks luar negeri (Ballpress) masuk ke Indonesia, membuat para pedagang rojer (pakaian eks luar negeri) di Kota Siantar bersedih.
“Larangan pakaian eks luar negeri masuk ke Indonesia, sangat menyedihkan. Karena, ini sudah menjadi sumber pencarian menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anak,” kata Boru Situmorang, pedagang roger di Pasar Horas Siantar, Selasa (18/11/2025).
Dijelaskan, saat ini, ballpress yang dijual pedagang, berasal dari Bandung Jawa Barat. Sudah jarang sekali dari Tanjung Balai. Selain harganya mahal, ditambah lagi dengan biaya transportasi maupun biaya lain-lain termasuk soal pengamanan di jalan.
Karenanya, bukan saja pedagang roger harus menambah modal. Lebih dari itu para agen ballpress semakin berkurang dan membuat pedagang kesulitan mendapatkan pakaian eks luar negeri tersebut untuk dijual.
“Biasanya, menjelang Natal dan Tahun Baru barang agak sulit. Tapi, sekarang, bukan hanya sulit tapi juga mahal,” kata Boru Situmorang sembari mengatakan, soal razia pakaian eks luar negeri memang sudah tidak pernah lagi dilakukan pada dua tahun terakhir.
Dijelaskan, berjualan roger juga dapat menekan tingkat pengangguran. Masalahnya, setelah anak-anak tamat SMA atau ada putus kuliah, tidak sedikit di antara mereka berjualan pakaian eks luar negeri karena sulitnya mencari pekerjaan.
Karena itu, pemerintah diharap membuat kebijakan yang dapat membantu pedagang rojer. Harapan itu juga disampaikan para pedagang roger di Pasar Dwikora atau Pajak Parluasan. Apalagi saat ini ballpress semakin terbatas masuk ke Siantar.
“Yang saya jual ini hanya sisa-sia ball lama. Padahal, kalau sebelum-sebelumnya seperti menjelang Natal dan Tahun Baru, tetap bisa mendapatkan ball walaupun harganya agak naik,” kata pedagang Boru Hutabarat.
Karena persediaan barang terbatas, harga menjadi naik dan penjualan juga berkurang. “Kalau begini terus, mau makan apa kami dan apakah anak-anak kami harus putus sekolah atau putus kuliah?” tanya pedagang lainnya.
Sementara, ada pedagang berpendapat, pelarangan ballpres masuk ke Indonesia terindikasi berbau politik “dagang”. Dengan adanya pelarang, barang menjadi langka dan harganya mahal. Paling diuntungkan hanya para saudagar dan pemasok ilegal yang mampu mengatur oknum-oknum keamanan “nakal”.
”Dari dulu pakaian eks luar negeri selalu dilarang masuk. Tapi, nyatanya tetap banyak beredar. Kalau katanya main ”kucing-kucingan, benar juga dan dibalik semua itu, ada oknum-oknum tertentu yang diuntungkan,” kata pedagang rojer.
Seperti diketahui, masyarakat kota Siantar banyak sebagai peneggemar “rojer”. Selain kalangan menegah ke bawah, juga orang-orang “berduit”. Selain harganya lebih murah dari pakaian baru, kualitasnya juga terjamin apalagi memiliki merek-merek terkenal.
Sekedar informasi, jumlah pedagang roger di Kota Siantar diperkirakan sampai 300-an. Menyebar di sejumlah lokasi Kota Siantar. Selain di Pasar Horas dan Pasar Dwikora sekitarnya, kios-kios penjual roger juga berjejer di Jalan Vihara dan lainnya. (In)






